DILARANG Menikah Di Bulan Suro Ini Alasannya

larangan menikah di bulan suro

Larangan menikah di bulan suro – Selain dianggap bulan keramat, bulan suro juga dianggap bulan kesialan, bulan penuh bencana, namun saya pribadi kurang setuju dengan anggapan negative ini. Waktu apapun menurut saya sama saja, sama bagusnya untuk memperoleh keberkahan hidup dari Tuhan, terlepas dengan cara apapun yang digunakan.

Perlu saya tegaskan sebelum membahas tentang pantangan dan larangan merayakan pernikahan di bulan suro. Waktu dan bulan tidaklah mendatangkan kesialan dan musibah sama sekali. Namun yang harus kita ketahui bahwa setiap musibah atau kesialan yang menimpa kita sudah menjadi ketetapan Tuhan dan itu juga karena dosa yang kita perbuat. Maka kewajiban kita hanyalah tawakkal ketika melakukan suatu perkara dan perbanyaklah memohon ampunan.

Kebanyakan orang jawa percaya bahwa di bulan suro ini pantang untuk melakukan pesta pora, misalnya khitanan, pernikahan dan bahkan pindah rumah karena dipercaya akan mendapatangkan banyak balak dan kesialan. Hal ini sebenarnya disebabkan oleh isi dari buku primbon yang memang sejak dulu kala dipercaya isinya oleh orang jawa khususnya.

Dalam primbon, bulan – bulan yang baik untuk menikah diantaranya adalah :

  1. Sasi Besar yang bertepatan dengan bulan dzulhijjah, pada bulan ini jika melangsungkan pernikahan maka dipercaya akan mendatangkan kekayaan dan kebahagiaan.
  2. Sasi Rejeb yang bertepatan dengan bulan rajab, banyak orang yang percaya jika pernikahan dilangsungkan pada bulan rajab maka kedua mempelai akan meperoleh keselamatan, keberkahan dan dikaruniai banyak anak.
  3. Sasi Ruwah yang bertepatan dengan bulan sya’ban, jika pernikahan dilangsung pada bulan ini maka dipercaya rumah tangga akan selamat dan selalu damai.
  4. Sasi Jumadil Akhir dipercaya jika melangsungkan pernikahan di bulan ini maka mempelai akan mendapatkan rezeki yang banyak, kaya harta benda.

Itulah mengapa banyak sekali di bulan – bulan tersebut orang yang mengadakan pesta pernikahan dan sunatan. Lantas mengapa di jawa sendiri, di tanah kelahiran saya pada bulan suro sepi sekali acara pernikahan dan sunatan bahkan hamper bisa dipastikan tidak ada.

Sebenarnya bukan karena jika menikah di bulan suro akan mendatangkan kesialan dan malapetaka bagi mempelai tetapi ada makna dan pesan filosofis yang ingin disampaikan oleh para sesepuh kita zaman dahulu, untuk tidak menggelar pesta dan hajatan di bulan suro.

Sejatinya bulan suro adalah awalan tahun dari 12 bulan yang mana memang dianggap sakral dan keramat, alangkah baiknya jika bulan suro ini digunakan sebagai waktu tepat untuk ber-introspeksi diri atas kesalahan dan dosa – dosa di tahun kemarin.

Menghindari keramaian dan pesta agar hati kita senantiasa bersih tidak memikirkan hal-hal duniawi yang semakin menjauhkan kita kepada sang pencipta. Sehingga banyak orang tua zaman dulu yang berpesan kepada anaknya untuk selalu hati hati dan banyak berdoa di bulan suro, karena sejatinya bulan ini sebagai pengingat tentang kematian dan doa sebagai ungkapan syukur karena masi memberikan kesempatan untuk bernafas.

Sekian yang dapat saya sampaikan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan bulan suro. Jika masih ada pertanyaan lainnya. Silakan hubungi saya di nomor berikut ini atau, anda juga bisa mengunjungi website resmi saya di www.mbakwidri.com