Pertunjukan Tari Sintren Dengan Mistis Dewi Lanjar

Pertunjukan Tari Sintren Dengan Mistis Dewi Lanjar

Tari Sintren, Tarian tradisional dari tanah jawa yang dipercaya memiliki kekuatan mistis yang sangat besar

Pertunjungan tari sintren dengan mistis Dewi Lanjar

Tari Sintren merupakan tarian tradisonal dari jawa, sangat terkenal di daerah Cirebon, Indramayu, Banyumas, Brebes, pekalongan, Pemalang, Bahkan hingga daerah kuningan dan Jatibarang.

Tari Sintren ini selain mengandung aura mistis yang sangat kental juga unik dalam penyajian serta kostum yang digunakan oleh sintren sendiri, berbeda dengan kostum tari tradisional pada umumnya seperti jaipong, serimpi dan bedhaya ketawang yang identik dengan kebaya, dodot dan kerapian.

Kostum yang digunakan oleh penari sintren ini bahkan menggunakan pakaian biasa sehari hari, celana pendek 3 per empat, jarik, sabuk, kaos kaki, selendang dan jamang atau hiasan diatas kepala yang dilengkapi dengan ronce bunga melati di sisi kanan kiri.

Dan yang paling unik dari kostum serta tampilan Sintren ini adalah kacamata hitam yang digunakan oleh sintren, bukan tanpa alasan penari sintren menggunakan kacamata hitam melainkan sebagai penutup mata sintren karena sintren menari dengan mata terpejam serta menghindari  silau dari cahaya. Cukup masuk akal cara ini, karena mengingat penari sintren nanti akan di rasuki oleh roh makhluk gaib yang memang sangat sensitif dengan cahaya.

Sintren tereja dari dua suku kata yaitu Si  yang artinya dia, dan Tren yang artinya Putri, Jika dijelaskan secara istilah, sintren berarti Dia adalah seorang putri, Mengapa demikian? hal ini berkaitan erat dengan sejarah yang menyebutkan terciptanya tarian sintren ini.


Pertunjukan Tari Sintren Dengan Mistis Dewi Lanjar


Setiap hal pasti memiliki sejarahnya tidak terkecuali tari sintren ini. Sejarah dibalik tari sintren ini yang menceritakan kisah asmara Raden Sulandono dan Sulasih. Raden Sulandono merupakan anak pertama dari Ki Bahurekso (yang pada saat itu menjabat sebagai Bupati kendal) dari hasil pernikahannya dengan Dewi rantamsari atau yang biasa disebut Dewi Lanjar.

Sulasih sendiri adalah gadis biasa dari desa kalisalak, Karena perbedaan kasta tersebutlah cinta antara Raden Sulandono dan sulasih tidak direstui oleh Ki Bahurekso. Di tengah kekecewaan Raden Sulandono, Sang ibu yang tidak lain adalah Dewi Lanjar memberikan support dan meyakinkan bahwa cinta keduanya kelak akan bersatu namun dengan beberapa syarat.

Syarat yang diberikan kepada Raden sulandono adalah harus bertapa di suatu tempat dan sebagai rewang atau parewangan, Dewi Lanjar memberikan kain kepada Raden Sulandono, kain ini bukanlah kain biasa, tetapi sarana untuk bisa bertemu dan bersatu lagi dengan Sulasih.

Sedangkan Sulasih harus melunasi syarat sebagai seorang penari pada setiap ada acara bersih desa. Hingga sampai pada suatu malam bulan Purnama, saat ada acara bersih desa, diam-diam Randen Sulandono turun dari pertapaannya untuk melihat Sulasih Menari. Setiap kali sulasih menari, dia akan di rasuki Roh Dewi Lanjar sehingga dia mengalami kerasukan.

Saat para penonton lengah dan ada kesempatan, Randen sulandono melemparkan kain pemberian Dewi Lanjar pada Penari “sulasih” sehingga dia jatuh pingsan dan dibawa lari oleh Raden Sulandono. Konon katanya mereka bersatu dan bahagia dialam gaib. Sejak itulah ada istilah sintren dan “Balangan” (Balang = melemparkan sesuatu) sebagai cikal bakal tari sintren ini.

Tidak semua orang bisa menjadi penari sintren. Penari sintren memiliki syarat-syarat khusus yang wajib di penuhi oleh Sang penari. Diantaranya adalah seorang gadis yang masih suci, tidak pernah terjamah oleh pria manapun, hal ini diwajibkan untuk mempermudah masuknya roh kedalam raga penari. Artinya jika dia gadis namun sudh tidak suci, maka dia tidak akan pernah bisa jadi sintren.

Ada beberapa Peran dalam sintren yaitu:

  1. Sintren yaitu sang putri atau sang penari utama
  2. Kemlandang yaitu seseorang yang menjaga dan mengarahkan sintren atau dikenal dengan pawangnya sintren.
  3. Widodari patang puluh yaitu 4 orang yang akan menjadi dayang atau cantriknya sintren.
  4. bodor yaitu badut pendamping sintren atau penari laki-laki yang tugasnya mendampingi sintren dalam menari.

Ada tahapan khusus yang dilakukan oleh kemlandang pada calon penari sintren di setiap pertunjukan tari, tahapan tersbut yaitu:

  1. Tahap paripurna adalah tahapan awal sang Kemlandang menjadikan calon sintren, pada tahap ini calon sintren masih mengenakan pakaian biasa, aitu pakaian awal yang ia kenakan saat datang diacara tersebut, kemudian mendudukan calon sintren, pawang memegang 2 tangan sintren dan ditaruh diatas asap kemenyan dan sesajen yang telah dipersiapkan sambil membaca mantra. Selanjutnya calon penari sintren diikat oleh kemlandang hingga melilit tubuhnya.
  2. Tahap 2, calon penari sintren dimasukkan oleh kemlandang kedalam sangkar ayam lengkap dengan 1 set make-up serta pakaian penari sintren, masih dalam keadaan tertutup. Dan selang beberapa menit kemudian sangkar dibuka dan sintren sudah dalam keadaan rapi serta pakaiaan penari sintren sudah dipakai oleh calon penari sintren. Namun penari sintren masih dalam posisi terikat, dalam tahap ini konon katanya calon penari sintren di dandani oleh makhluk gaib. Jika sudah dipastikan sintren sudah rapi dan didandani maka kurungan kembali di tutup
  3. Tahap, 3 adalah tahapan dimana calon sintren sudah siap akan berpentas atau sudah resmi menjadi sintren, hal ini ditandai jika sangkar tersebut sudah bergetar atau bergoyang, barulah sangkar tersebut di buka dan ikatan tali yang mengikat sintren sudah terlepas dan sintren mulai menari dirinngi lagu-lagu daerah permintaan khusus dari sintren dan tabuhan dari alat musik sederhana seperti gending. Selama sintren menari maka kemenyan harus terus dibakar dan berasap, tidak boleh berhenti sedetikpun, karena bisa merusak sakralnya acara